When The Last Tree Has Died

“When the last tree has been cut down, the last fish caught, the last river poisoned, only then will we realize that one cannot eat money.”

Bumi, sebuah tempat dimana manusia tinggal. Rumah bagi jutaan jenis makhluk hidup. Tanaman, hewan, dan kita manusia hidup berdampingan. Ya, seperti itulah seharusnya. Kehadiran manusia di muka bumi ini seolah merusak kekayaan ekosistem. Manusia sebagai pemuncak rantai makanan, lupa akan sekelilingnya. Tak ayal, telah banyak kita jumpai kepunahan hewan dan tanaman.


Bumi, satu-satunya tempat terbaik di Galaksi Bimasakti yang layak untuk di huni. Kendati banyak astronom yang memprediksikan planet lain yang layak huni, namun nyatanya hal tersebut tidak terbukti. Tak hanya itu, untuk mencapai planet-planet yang diprediksikan oleh para ilmuwan tersebut pun membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun cahaya. Transenden! Sungguh di luar batas kemampuan manusia untuk mencapainya.

Beberapa bulan terakhir, sebagian besar daerah di Pulau Sumatera terkena bencana kabut asap. Bencana ini mungkin tidak membunuh secara langsung layaknya gempa, tsunami, longsor, dll. Namun efek jangka panjang yang ditimbulkan sangat berbahaya. Berikut ini kami sajikan infografis terkait dampak kabut asap.


Tertanggal 30 Oktober 2015 lalu, Dinas kesehatan Provinsi Riau, mencatat korban terpapar akibat asap telah mencapai 97.139  dengan rincian penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) 81.514 orang, pneumonia 1.305 orang, asma 3.744 orang, iritasi mata 4.677 orang, iritasi kulit 5.899 orang. Ironisnya, di Jambi seorang balita berusia 15 bulan harus meninggal akibat keganasan bencana kabut asap. Dari data tersebut, jelas adanya bahwa bencana kabut asap sangat

Bencana kabut asap di Sumatera seolah-olah menjadi bencana tahunan layaknya banjir di Jakarta. Sayangnya penanganan bencana kabut asap tidak sama seperti halnya banjir yang korbannya dapat di ungsikan ke tempat lain. Lantas, apa penyebab terjadinya kabut asap di Sumatera? Yuk simak video dibawah ini.


Tangan-tangan jahil manusia memang tak pernah lepas dari kerusakan ekosistem di bumi. Demi kepentingan pribadi, alam yang asri kini tercemar polusi. Suatu hari nanti, ketika pohon terakhir telah ditebang, ikan terakhir ditangkap, dan sungai terakhir menjadi beracun, pada saat itulah kita menyadari bahwa kita tidak bisa memakan uang. Jangan sampai kita terlambat menyadarinya. Akan seperti apakah masa depan bumi ini? Mana yang akan kita wariskan kepada anak/cucu kita nanti, apakah alam penuh polusi atau alam yang asri? Mari kita jaga dan rawat bumi kita, karena dalam satu bumi tertampung sejuta kehidupan. Stop pembakaran lahan, stop pembalakkan liar, stop penggunaan bahan bakar fosil, dan mari kita kampanyekan 3 R (Reduce, Reuse, Recycle).




Sumber Bacaan:

Best regard,
ILMPI Wilayah I
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar